Jingga
untuk Matahari
Besok paginya Tari siuman. Semua orang
sudah menunggunya sejak malam bahkan mereka tidak pulang, kecuali Fio. Karna
Fio cewek, kata Oji nggak baik cewek nginep-nginep. Jadilah semalam Oji
nganterin Fio pulang dulu setelah itu baru balik lagi ke rumah sakit. Namun Fio
sudah datang lagi sekarang. Saat Tari membuka mata pertama kali yang dilihatnya
Ari, karena memang sejak semalam, sejak dokter memperbolehkan mereka semua
masuk, Ari tidak beranjak dari sebelah Tari, memegang erat tangan Tari. Bahkan
dia tidak mandi, tidak makan sejak kemarin.
”gue dimana...” ucap Tari dengan suara
tersekat, namun masih lebih baik dari keadaanya kemarin. Kali ini dia sudah
lumayan segar. Ari hanya diam.
”kamu dirumah sakit. Kemarin ada
sedikit insiden sayang” mama Tari menjawab.
”mama...”
”kamu nggak apa-apa kan?” tanya mama
Tari khawatir.
”rasanya badan Tari sakit semua” lalu
pandangannya beralih ke Ari.
”kakak, kemaren...”
”maafin gue Tar. Maaf” suara Ari parau.
Dia bingung. Bingung ingin memulai penjelasan darimana.
”kenapa kakak yang minta maaf? Kan yang
jahat kak Angga sama kak Vero”
”lo sembuh dulu yah, ntar gue jelasin
semuanya. Semuanya Tar” ucap Ari tulus.